Jumat, 15 Juli 2016

terkadang, apa yang kita usahakan untuk mendapatkan suatu pendidikan itu tidak sesuai dengan apa yang kita daaptkan..
tak jarang pula, kita aktif di kelas saat diskusi berlangsung, atau tak pernah membuat dosen marah pada kita..
tapi, hasil yang kita dapatkan tidak sesuai.. benarkah???? coba tanyakan pada diri sendiri, sudahkah saya ikhlas berbuat baik selama ini?? entah itu kepada dosen, atau kepada rekan satu kelas??
jangan salahkan dosen jika nilaimu jelek.. itu hasilmu sendiri.. itu hasil dari kerjamu untuk mendapatkan imbalan.. cobalah untuk berbuat sesuai dengan hatimu katakan, sertakan ikhlas selalu dalam langkahmu, insya Allah kamu tidak akan terluka ataupun merasa kecewa dengan apa yg telah diberikan itu..
duhai sahabatku, perbaiki dulu niatmu kawan... nilai itu tak berarti apa-apa jika ilmunya tak kamu dapatkan..
saya sama seperti kalian, mendapatkan nilai yg kurang memuaskan. tapi saya kembali pertanyakan pada diri ini, pantaskah saya mendapatkan nilai yg jauh dari ini sedangkan usahaku saja belum semaksimal mungkin, bahkan ilmunya saja belum sepenuhnya saya kuasai??
kembali ke diri kalian sahabat... nilai bukanlah segalanya bahkan tidak dibawa mati juga bukan??

Minggu, 22 November 2015

resume buku FILSAFAT UMUM karangan HAMIDAH, M. Hum

KESEIMBANGAN INDERA, AKAL DAN IMAN
A.  Keseimbangan Indera dan Iman  
    Banyak orang berkata bahwa barang siapa yang menginginkan kesuksesan, maka gunakanlah hati dan fikiran secara seimbang. Dalam bersikap, bertutur kata dan dalam mengambil keputusan hendaklah meminta pertimbangan dari akal maupun hati. Dengan petimbangan akal, maka keputusan tersebut tidak bertentangan dengan kebenaran akal. Dengan menggunakan hati, maka keputusan tersebut juga tidak akan bertentangan dengan hati seseorang.
    Tujuan utama dari filsafat Kant adalah untuk menunjukkan bahwa manusia bisa memahami realitas alam (natural) dan moral dengan menggunakan akal budinya. Pengetahuan tentang alam dan moralitas itu berpijak pada hukum-hukum yang bersifat apriori, yakni hukum-hukum yang sudah ada sebelum pengalaman inderawi. pengetahuan teoristis tentang alam berasal dari hukum-hukum apriori yang dihubungkan dengan hukum-hukum obyektif. Sementara pengetahuan moral berasal dari hukum moral yang sudah tertanam didalam hati nurani manusia. 
B. Keseimbangan Indera, Akal dan Iman
Salah satu kerinduan manusia adalah keingintahuannya mengetahui sesuatu agar diperoleh suatu yang meyakinkan. Salah satu historis dari pencarian serius dan tak kunjung padam adalah seperti yang dilakukan oleh al-Ghazali. 
Semula al-Ghazali berpendapat bahwa kebenaran itu diperoleh dari panca indera. tetapi panca indera itu dusta, dengan dalil bahwa bayangan rumah itu tidak bergerak, ternyata pada sore hari akhirnya berpindah tempat.
Kemudian percaya kepada akal, ternyata akal juga tidak dapat dipercaya. Seperti halny dalam mimpi seseorang melihat sesuatu yang diyakini kebenarannya. Tapi setelah bangun, ternyata apa yang dilihat dalam mimpi itu tidak benar.
Selanjutnya ia melakukan pengembaraan spiritual lebih dari 10 tahun. Dalam pengembaraannya yang panjang, ia menyadari betapa indera dan akal punya kelemahan-kelemahan yang mendalam. kemudian setelah melalui latihan spiritual keras, maka al-Ghazali akhirnya menemukan bahwa "hati" lah yang dapat diandalkan untuk bisa meraih kebenaran secara sempurna.
Apa yang dapat manusia lakukan dengan hatinya hanyalah persiapan diri (isti'dad) untuk dapat menerima kebenaran yang lebih komprehensif. Manusia telah mempersiapkan hatinya diibaratkan kaca yang transparan, sehingga dapat menerima cahaya Ilahi dengan sangat jelas. 
Pelimpahan cahaya Ilahi kedalam hati manusia yang telah siap menerimanya itulah yang disebut para sufi sebagai "mukasyafah" (penyikapan) atau "musyahadah" (penyaksian). Dalam hal ini, manusia diperlihatkan Tuhan segala realitas dengan langsung dan gamblang, sehingga tidak menimbulkan sedikitpun keraguan didalam hati. Begitulah melalui hati, al-Ghazali akhirnya mendapatkan apa yang selama ini dicari-carinya. Yakni kebenaran sebagaimana adanya dan keyakinan yang teguh akan apa yang diketahuinya.